TECHNOLOGY

Sering Upload di Medsos, Waspada Bisa Jadi Gejala Gangguan Jiwa

Selasa, 29 Mei 2018

Indonesiaplus.id – Di era digital setiap orang dituntut memiliki ponsel pribadi ataupun smartphone, terutama di kota-kota besar. Namun, menurut dia, banyak yang tidak tahu bahwa teknologi digital itu mempunyai dampak buruk terhadap kejiwaan.

“Hasil riset kejiwaan ada temuan baru di mana orang yang memiliki gangguan jiwa baru itu diakibatkan oleh perilaku baru akibat media sosial. 25 persen itu ternyata kronis. Ternyata pria lebih banyak,” ujar Direktur Utama Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, dr. Meta Desvini saat menjadi pembicara dalam sesi materi Pengkajian Ramadhan di Fakultas FKIP Uhamka, Jakarta Timur, Senin (28/5/2018) malam.

Ada perilaku tertentu, di mana teknologi digital itu mempengaruhi otak. Misalnya, orang merasa bahwa ponselnyanya bergetar padahal tidak. Lalu, juga sangat sedikit orang yang mau mengisi otaknya dengan ilmu pengetahuan karena mengandalkan google.

“Apa sebabnya? Sebab orang saat ini hanya mencari sesuatu itu di google. Berbagai hal hanya cukup disimpan di google, sedangkan otaknya kosong,” katanya.

Selain itu, tenologi menyebabkan munculnya gejala nomopobhia, di mana seseorang mengalami ketakutan yang berlebihan jika tidak memegang smartphone. Orang ini akan menjadi tidak rasional ketika ketinggalan handphone misalnya.

“Ada perilaku akan sangat panik atau mereka itu akan selalu mengecek HP-nya secara terus menerus tidak berhenti. Masyarakat saat ini cemas jika tidak memegang HP,” tandasnya.

Termasuk masalah cybercondria, yaitu mereka yang selalu ketakuatan karena mendapat informasi dari internet tentang sesuatu, seperti masalah kesehatannya. Mereka sangat percaya informasi dari internet padahal belum tentu benar.

“Orang yang kecanduan gadget, mereka cenderung cemas, depresi, dan mengalami gangguan jiwa tertentu,” tandasnya.

Bagi anak bisa mengalami gangguan belajar dan gangguan pergaulan akibat perkembangan tekonologi digital ini. Anak-anak menjadi malas dan sangat emosional, serta mudah marah.

“Ada penyakit adiksi media sosial. Kita suka melihat bagaimana orang jauh-jauh ibadah ke Makkah tetapi kerjaannya hanya upload aktivitasnya di medsos. Semua aktivitas kita selalu dimasukkan ke medsos. Ini ternyata gangguan jiwa,” ucapnya.

Dampak bahaya adalah adanya pobia sosial. Ketika di media sosial orang ini sangat aktif bahkan hyper aktif, tetapi jika ketemu dengan orang banyak secara nyata, mereka akan ketakutan.

“Mereka tidak sanggup untuk bergaul dengan orang banyak. Hal lain adalah persoalan pornografi di dunia internet,” pungkasnya.[Sam]

Related Articles

Back to top button