Peneliti LIPI: Sistem dan SDM Pemilu 2019 Perlu Diubah
Sabtu, 24 November 2018P
Indonesiaplus.id – Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris memprediksi, bahwa sistem Pemilu di Indonesia mesti diubah agar menghasilkan anggota dewan yang baik.
Sebab, masa pemilihan legislatif (Pileg) 2019 dinilai akan menghasilkan anggota legislatif yang tak beda jauh dengan Pileg sebelum-sebelumnya.
“Sistem pemilu masih sama dengan yang sebelumnya. Artinya hasilnya, wakil2 yang akan dihasilkan di pemilu 2019 sama saja. Skemanya tidak menjanjikan hal itu. Apa boleh buat mesti diubah lagi sistem pemilunya jadi lebih baik lagi,” kata Syamsuddin di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/11/2018).
Sistem dan sumber daya manusia (SDM) perlu diubah untuk menghasilkan anggota Dewan yang lebih baik. Jika hanya sistem yang diubah, sedangkan SDM tetap begitu saja. Sebaliknya, jika SDM manusia yang diubah, tapi sistem diubah maka akan sama saja.
“Hal itu betul selain sistem juga manusianya. Tapi jangan salah, sistem juga bisa menghasilkan manusia yang produktifnya. Ketika kita masuk sungapura, kita bisa disiplin, itu by sistem. Tapi ketika kita balik ke indo, kita tidak disiplin lagi,” ungkapnya.
Haris menyoroti anggota Dewan sekarang yang dinilai lebih mengedepankan ego, bukanlah kompetensi atau komitmen. Hal itu karena pada saat pemilihan legislatif, Caleg tersebut hanya mengedepankan koneksi kepada parpol yang mengusungnya dan kepopulerannya.
“Sistem pemilu konteksnya luas. Bisa didalamnya mekanisme pencalonan atau kandiddasi ya. Sekarang kan mau jadi anggota dewan gampang yang penting punya uang, punya koneksi ke pimpinan parpol, kemudian populer. Sehingga kompetensi menjadi soal nomor dua, komitmen menjadi nomor kesekian,” ungkapnya.
“Sebenarnya ini masalah, sehingga kita menginginkan wakil-wakil yang bertanggungjawab. Yang tidak hanya petantang petenteng di Senayan, tapi bisa menyuarakan suara publik,” pungkasnya.[sap]