Rabu, 7 Agustus 2019
Indonesiaplus.id – Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto dinilai sejumlah kalangan cukup mengejutkan dengan perolehan suara pada pemilu 2019.
Pasca citra partai sempat anjlok terkait kasus korupsi Setya Novanto, kendati bukan sebagai pemenang utama tetapi Golkar meraih suara signifikan.
Golkar berhasil menduduki 85 kursi di DPR dan dari jumlah itu berada di urutan kedua setelah PDI Perjuangan. Partai Gerindra memperoleh suara di peringkat kedua tapi mendudukkan 78 kadernya di DPR RI.
Kepemimpinan Airlangga bisa terbilang mampu membalikkan keadaan Golkar di Pemilu 2019. Apalagi dalam periode 2014-2019 ini, Golkar menghadapi turbulensi politik yang luar biasa besar.
Trubulensi yang memang terbawa dari kasus Setya Novanto bisa distabilkan oleh Airlangga Hartanto. Kita tahu, sebelum Airlangga menjabat memang sangat mencekam. Yang pada akhirnya membuat Golkar keteteran untuk itu,” ujar Pengamat politik dari Universitas Bung Karno, Cecep Handoko pernyataan tertulisnya, Selasa (6/8/2019).
Airlangga berhasil membuktikan nahkoda yang baik dengan mengatasi turbulensi politik itu dalam waktu singkat. Di bawah kepemimpinannya, Golkar kembali stabil dan berhasil bertahan di tiga besar dalam Pemilu Legeslatif 2019.
Teranyar, Cecep melihat perhelatan Munas Golkar ada dua kekuatan pemerintah yang membela masing-masing kandidat.
“Ada Airlangga dan Bambang Soesatyo sama-sama didukung. Kita melihat siapa yang lebih punya peluang. Kita lihat seja Airlangga selalu all out ke pemerintah, membantu presiden. Airlangga lebih berpeluang karena lebih loyal,” katanya.
Para elite Golkar, kata Cecep, jangan terlalu lama dengan polemik yang terjadi menjelang Munas Golkar. Namun, sebaiknya ini segera disudahi. Karena ada sejumlah agenda besar yang dihadapi.
“Jadi, saya kira polemik di internal tidak akan panjang, karena mereka akan menghadapi agenda-agenda besar, Airlangga lebih berpeluang,” tandasnya.[mus]
