Demokrasi Tanpa Oposisi, Waketum MUI Anwar Abbas Sebut Terasa Hambar

Indonesiaplus.id – Kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa oposisi terasa hambar bak gulai tanpa garam. Hal itu disampaikan oleh Waketum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas.
“Jadi, demokrasi tanpa oposisi, karena kehidupan berbangsa dan bernegara yang semestinya dinamis menjadi terasa hambar karena suara yang terdengar oleh kita hanya suara dari itu-itu saja. Dimana tidak ada kritisisme dan perdebatanbenar-benar substansial,” tandas Anwar dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (21/1/2022).
Rakyat, kata Anwar, hanya mendengar ketokan palu membuat suasana hati merasa tidak enak dan nyaman karena kekecewaan-kekecewaan atas hal tersebut. Padahal, rakyat tidak lagi dapat merangsang dan mendorong untuk berpikir lebih keras lagi bagi kebaikan dan kemajuan bangsa.
Lebih mengenaskan, jika ada suara-suara masyarakat berbeda langsung dicurigai sehingga para buzzer dan pihak-pihak tertentu lainnya. Kemudian langsung dihantam, dibully serta orang-orang membentuk opini dengan mencap yang bersangkutan seperti anti Pancasila dan anti NKRI.
“Orang-orang yang masih punya hati dan pikiran jernih kehidupannya menjadi diliputi oleh ketakutan-ketakutan, karena apa pun yang mereka buat dan lakukan selalu digebuk, diawasi dan dicurigai oleh pihak-pihak lain yang katanya siap memenjarakan yang bersangkutan bila mereka berani bicara berbeda dengan apa yang dimaui oleh rezim yang berkuasa,” tandas Anwar.
Tentu saja, Anwar kondisi ini tidak baik dan tidak sehat bagi kehidupan bangsa ke depan karena akan membuat anak-anak bangsa bersifat pragmatis serta tidak tahan terhadap kritik. Sehingga, mereka tidak siap untuk menerima kebenaran dan masukan dari pihak lain, padahal hal itu sangat diperlukan jika ingin maju.
“Jika dibiarkan terus negeri ini tentu akan kita dapat adalah kerugian besar. Membuat bangsa tidak lagi akan menjadi bangsa yang kreatif dan inovatif dan jelas tidak kita inginkan karena dia akan membuat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia karena telah kehilangan keberanian dan kebebasannya serta tidak lagi berani melakukan inovasi-inovasi dan kreativitasnya,” tandnas Anwar.[had]