Unicef: 10 Juta Anak dalam Bahaya Akibat Karhutla
![](https://www.indonesiaplus.id/wp-content/uploads/2019/09/siswa-pakai-masker.jpg)
Indonesiaplus.id – Dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia berdampak buruk terhadap hampir 10 juta anak dalam bahaya karena polusi udara.
Kondisi tersebut membuat prihatin Badan PBB Unicef, bahwa karhutla telah memuntahkan kabut beracun di Asia Tenggara dalam beberapa pekan terakhir. Membuat sekola dan bandara ditutup, orang-orang pun membeli masker dan mendapatkan perawatan medis karena penyakit pernapasan.
Puluhan ribu personel dan pesawat pembom air untuk mengatasi kebakaran yang terjadi untuk membersihkan lahan pertanian. Kebakaran merupakan masalah tahunan tetapi tahun ini adalah yang terburuk sejak 2015 karena cuaca kering.
Unicef menilai, hampir 10 juta orang di bawah 18 tahun – seperempat dari mereka di bawah lima tahun – tinggal di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak kebakaran di pulau Sumatra dan Kalimantan.
Juga, anak-anak sangat rentan karena sistem kekebalan yang tidak berkembang, sementara bayi yang lahir dari ibu yang terpapar polusi selama kehamilan mungkin memiliki masalah seperti berat badan lahir yang rendah.
“Karhutla membuat kualitas udara yang buruk adalah tantangan yang berat dan terus berkembang bagi Indonesia,” ujar Debora Comini dari Unicef, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (26/9/2019).
Setiap tahun, jutaan anak menghirup udara beracun yang mengancam kesehatan mereka dan menyebabkan mereka bolos sekolah – mengakibatkan kerusakan fisik dan kognitif seumur hidup.
Juga, ribuan sekolah telah ditutup di seluruh Indonesia karena kualitas udara yang buruk, dengan jutaan anak-anak kehilangan kelas.
Berbagai gambar yang beredar di media sosial menunjukkan langit merah darah di atas provinsi Jambi, Sumatra, pada tengah hari karena kabut asap.
Sekolah-sekolah terpaksa ditutup di seluruh Malaysia pekan lalu ketika kabut asap dari Indonesia menutupi langit, sementara Singapura juga diselimuti kabut asap selama balapan motor Formula Satu pada akhir pekan lalu.
Kualitas udara meningkat di Malaysia pada hari Selasa dan berada pada level “sedang” pada indeks resmi di sebagian besar tempat dengan langit tampak sangat jelas, sementara kabut diangkat dari Singapura.
Menurut sebuah pusat ramalan regional jumlah hotspot daerah dengan panas yang sangat kuat yang terdeteksi oleh satelit yang mengindikasikan kemungkinan kebakaran – telah turun tajam di Sumatra. Kebakaran di pulau itu biasanya dituding sebagai penyebab kabut asap di Malaysia dan Singapura.
Hingga kini, telah ada serangkaian kebakaran api liar di seluruh dunia, dari Amazon hingga ke Australia, dan para ilmuwan semakin khawatir tentang dampaknya terhadap pemanasan global.[mor]