HUMANITIES

Respon Cepat Kasus Kebakaran di Matraman, Mensos Berikan Santunan dan Terjunkan Tim LDP

Indonesiaplus.id – Kebakaran hebat terjadi pada Kamis (25/3/2021) pukul 04.20 WIB melahap rumah kontrakan yang dihuni empat Kepala Keluarga (KK) atau 15 jiwa di permukiman padat di Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur.

Kementerian Sosial melalui Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” di Jakarta bersama tim Balai “Soeharso” di Solo, tim Balai “Budi Dharma” di Bekasi, dan Tim Reaksi Cepat (TRC) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial merespon cepat kasus ke lokasi kebakaran untuk melakukan asesmen.

Setibanya di lokasi, tim respon cepat kasus Balai Anak “Handayani” bertemu dengan ketua Rukun Warga (RW) setempat, Agus. Menurut Agus, saat ini kondisi para korban kelelahan dan mengalami shock.

“Kebakaran terjadi waktu subuh, saat warga di kontrakan terlelap tidur dan tidak sadar api sudah menjalar. Para tetangga pun sudah teriak-teriak dan akhirnya yang selamat 5 orang dan 10 lainnya tewas,” ungkap Agus.

Di dalam kontrakan ada empat KK dan korban tewas 10 jiwa dari 2 keluarga. Korban selamat terdiri dari 3 orang dewasa, 2 perempuan dan 1 laki-laki, serta 2 orang anak, 1 perempuan dan 1 laki-laki. Tidak ada satupun harta benda yang dapat diselamatkan dari kebakaran tersebut.

Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini meninjau langsung dan menyampaikan belasungkawa, sekaligus memberikan santunan kepada para ahli waris.

Mensos juga menawarkan kepada para korban selamat, untuk tinggal sementara di rumah perlindungan milik Kemensos di Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Tim respon kasus Kemensos pun melakukan asesmen kepada warga sekitar yang terdampak kebakaran. Terdapat sebuah keluarga yang memiliki dua anak disabilitas dari 6 anak, dimana anak ketiga, 26 tahun, dan anak keenam, 16 tahun, mengidap kelainan otot yang menyebabkan fisik keduanya melemah.

Hasil diagnosis medis menyatakan ada kelainan yang dikenal Dystrophy Muscular Progressive (DMP). Kelainan fisik tersebut diawali gejala panas tinggi pada anak ketiga dan anak keenam dengan gejala muntaber. Gejala tersebut dialami oleh keduanya saat berusia setahun.

Saat ini, keduanya tidak sekolah dikarenakan kondisi fisik yang sulit untuk melakukan mobilitas. Namun begitu, sang Ibu tetap mengajarkan keduanya untuk membaca dan menulis.

Tim Balai Anak “Handayani” melakukan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi para korban langsung dan korban terdampak pasca bencana kebakaran.

Usai dilakukan pemeriksaan psikologis oleh psikolog, diketahui bahwa korban dewasa terindikasi memiliki trauma, sementara kedua korban anak tidak terindikasi memiliki trauma pasca bencana tersebut.

Selain itu, tim Balai Anak “Handayani” memberikan layanan terapi mindfulness untuk membantu para korban menerima kondisi saat ini, memberikan penguatan kepada korban dan keluarga korban yang ditinggalkan, serta melakukan dinamika kelompok bagi korban anak.

Bagi kedua anak disabilitas fisik yang menjadi korban terdampak kebakaran, tim Balai Anak “Handayani” melakukan sharing feeling, pengungkapan harapan, serta berbagi cerita.

Balai “Soeharso” di Solo menawarkan bantuan untuk pemeriksaan laboratorium untuk memeriksakan kondisi kesehatan kedua anak secara menyeluruh.

Tim Balai Anak “Handayani” akan melakukan pendampingan bagi anak dan keluarga korban serta memberikan terapi relaksasi untuk membantu mengeluarkan keresahan dan menenangkan pikiran para korban.

Termasuk, akan berkoordinasi dan advokasi ke pihak sekolah bagi salah satu anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), mengingat anak masih dalam kondisi emosi yang tidak stabil.[ama]

Related Articles

Back to top button