Ratusan Suku Anak Dalam Akan Ucapkan Dua Kalimat Syahadat

Senin, 30 Januari 2017
Indonesiaplus.id – Pada Senin (30/1/2017), dijadwalkan 404 warga Suku Anak Dalam (SAD) akan mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda memeluk Islam. Mereka mendapatkan hidayah dengan meninggalkan kepercayaannya sebagai penganut animisme.
Prosessi pengucapan dua kalimat syahadat itu akan digelar di kantor Balai Adat Kota Jambi. Sebelum benar-benar resmi memeluk agama Islam, sejak sepekan terakhir warga suku anak dalam itu ditampung di asrama haji Kota Jambi.
Di asrama haji, Minggu (29/1/2017), terlihat ratusan warga SAD berkumpul. Mereka terlihat menikmati suasana asrama haji sembari bersendagurau satu sama lain. Bahkan, sebagian dari laki-laki mereka sudah menggunakan peci sebagai penutup kepala. Sedangkan, para remaja berkumpul di satu tempat sambil bercengkrama dan anak-anak balita terlihat berlari lari di sepanjang koridor asrama.
Namun, masih ada yang tidak menggunakan pakaian sama sekali. Tapi tetap bermain dan berlari lari menikmati suasana sore di kota Jambi. Warga SAD mengaku sangat senang dan bahagia karena diberi kesempatan dan difasilitasi dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.
“Kami senang sekali dan tidak ada paksaan, serta mendapatkan arahan dari pak kades dan ternyata banyak yang mau,” ujar Depati Suku Anak Dalam Becayo.
Menurutnya, saat ini baru 200 suku anak dalam yang akan mengucapkan dua kalimat syahadat. Mereka itu berasal dari Dusun Batang Kelapo Sungai Rengas Kabupaten Batanghari.
“Kami itu sudah ada desa khusus namanya Desa Rumbung Bandung 3. Sekarang ada 200-an, selebihnya akan menyusul karena masih ada yang di dalam hutan,” katanya.
Sebagian dari mereka sudah ada yang lancar mengucapkan dua kalimat syahadat. Ada yang sudah lancar beberapa membaca surat pendek. Tapi sebagian besar dari kami belum ada yang hafal bacaan shalat maupun doa doa.
Pendampung suku anak dalam, Karim, mengatakan, yang juga harus dipikirkan ke depannya yakni mengajarkan shalat, mengaji dan mendalami ajaran agama Islam bagi para mualaf ini.
“Begini, ibaratnya percuma membelikan buku namun penanya tidak diberikan. Percuma saja tidak bisa menulis. Tapi katanya pak Fasha akan membangunkan mesjid nanti di sekitar perkampungan mereka,” katanya.[Mor]