Praktikum Lab Penanggulanan Bencana, Setiap Mahasiswa Siap Berikan Layanan
Indonesiaplus.id – Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung menggelar Pembekalan Praktikum Laboratorium Profil Analis Penanggulanan Bencana secara daring diikuti 62 peserta, tediri dari mahasiswa angkatan 2019 yang tengah melaksanakan praktikum laboratorium dan dosen Prodi Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial (Lindayasos).
Kegiatan pembekalan tersebut dibuka oleh Ketua Prodi Lindayasos Lina Favourita dan dihantarkan Kepala Laboratorium Atirista Nainggolan, dimoderatori Suradi, serta menghadirkan narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
“Para mahasiswa memiliki peluang besar untuk dapat bekerja di bidang penanggulangan bencana, karena sudah dibekali bagaimana cara mengidentifikasi dan merancang program penanggulangan bencana, ” ujar Ketua Prodi Lindayasos, Rabu (6/4/2022).
Narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mohd. Robi Amri, menyampaikan kondisi Indonesia sebagai negara yang rawan bencana, rata-rata >3000 kali setiap tahun terjadi bencana baik bencana skala kecil maupun skala besar dengan berbagai jenis bencana.
“Berbagai jensi bencana, mulai dari banjir, banjir bandang, longsor, kekeringan, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi, kebakaran lahan dan hutan, gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi, ” ungkap Robi Amri.
Upaya menangani bencana, kata Amri, tentunya tidak bisa hanya ditanggulangi pemerintah melainkan perlu bersinerrgi sebagai tanggungjawab bersama baik individu, masyarakat, komunitas dan dunia usaha.
Di negara maju, seperti Jepang dan New Zeland sudah banyak terobosan yang dilakukan untuk menanggulangi bencana baik melalui pendekatan kultural, struktural maupun sosial.
Di Indonesia berbagai upaya telah dilakukan, namun hasilnya belum oftimal karena berbagai faktor di antaranya tingkat kesadaran masyarakat masih rendah terhadap bencana, cara pikir sebagian masyarakat kurang tepat memaknai bencana, juga wilayah sangat luas serta kemampuan ekonomi khususnya dalam membuat bangunan tahan gempa.
Dalam sesi tanggapan perspektif mahasiswa terkait apa yang bisa dilakukan mahasiswa sebelum bencana, saat terjadi dan pasca bencana, Amri memuji para mahasiswa karena sudah mempu menyebutkan apa yang harus dilakukan sebagai pekerja sosial seperti melakukan LDP, trauma hilling, pendamping masyarakat, menjadi tim penganalisis resiko bencana.
“Juga, pendamping desa, pemenuhan kebutuhan pengungsi, membantu distriribusi logistik, mengakses apa yang menjadi kebutuhan pengungsi, melakukan kajian dampak bencana, terkait dengan peran peksos sebagai fasilitator, konselor, motivator, planer, enabler, educator, mediator, ” tandasnya.
Di akhir paparan, Robi mengajak selurug peserta pada 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana melakukan hal sederhana dengan membangun budaya “kita harus siap untuk selamat dari ancaman bencana di masa datang”.[ama]