Potret Kampung Bali Parigi Moutong, Dijelajahi Pramuka Penggalang

Kamis, 27 September 2018
Indonesiaplus.id – Pada 1970-an, para transmigran datang di Parigi Moutong dengan membuka hutan di Balinggi dan menamai daerah tersebut dengan Jatiluwih. Desa ini salah satu desa dengan mayoritas warga etnis Bali di Kecamatan Balinggi.
Tak heran, dibandingkan dengan desa lain yang berada di Kabupaten Parigi Moutong. Suasana Pulau Dewata sangat kental mewarnai kehidupan masyarakatnya.
Sawah-sawah yang menghijau dan pura tempat sembahyang umat Hindu menjadi pemandangan yang umum di sini.
Sudah tiga generasi warga Bali yang tinggal di desa yang terkenal dengan sentra berasnya ini, seperti yang diceritakan oleh I Ketut Agus Darmawan atau yang akrab disapa Pak Agus.
Para peserta pramuka diarahkan oleh Pak Agus sebagai salah seorang sesepuh di Desa Jatiluwih untuk mengunjungi Pura Sekar Jagat yang sarat akan budaya Hindu Bali dan peninggalan masa prasejarah yaitu lumpang batu.
Selain itu, di Desa Jatiluwih sendiri ditemukan ada sekitar empat lumpang batu yang tersebar di rumah-rumah penduduk, areal persawahan dan di pura.
Agenda lain dari para Pramuka Penggalang di Desa Jatiluwih adalah mengunjungi SD N 5 Inpres Balinggi yang berlokasi sekitar 1 km dari Pura Sekar Jagat.
Di SD ini mereka mendapatkan cerita dari guru-guru SD yang kebetulan salah satunya merupakan transmigran dari Tabanan, Bali.
Pada siang harinya, pramuka penggalang disambut oleh warga Desa Jatiluwih di Balai Banjar dengan jamuan makan rimba atau Bahasa Balinya disebut Mangepung, yaitu makan bersama beralaskan daun pisang.
Para pramuka bergembira karena bisa berbaur dengan warga menikmati santap siang sebagai salah satu bentuk sikap pramuka yang riang gembira bersama, tanpa mengenal perbedaan di Parigi Moutong yang merupakan wujud dari Bhinneka Tunggal Ika.[mor]