HUMANITIES

Kemensos Dampingi Usaha Millenial Koffie dan Usaha Sepatu Eks Anak Jalanan Mojokerto Hingga Tuntas

Indonesiaplus.id – Dua pekan lebih lima mantan anak jalanan asal Mojokerto, Jawa Timur, menjalani program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) di Balai Residen Satria Baturraden untuk mengembangkan usaha mandiri.

Sebuah usaha Millenial Koffie diimpikan oleh “MYA” dan adiknya “MF” terwujud atas kerja keras yang didukung Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Balai Residen Satria Baturraden. Bahkan, usaha ini diresmikan langsung oleh Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini pada 5 Februari 2021.

Suasana Millenial Koffie ramai oleh pengunjung, terlebih ketika malam hari. Seperti terlihat pada senja ini, “MYA” asyik menyiapkan pesanan dan “MF” menyajikannya kepada pengunjung.

“MYA” telah menambahkan sambungan Wireless Fidelity (WiFi) dan mulai menambah varian menu makanan. Juga, ia belajar melakukan pembukuan sederhana untuk mengetahui cash flow kedainya.

Sejak peresmian, “MYA” dan “MF” mulai bisa menyisihkan uang buat menabung. “Alhamdulillah, kemarin nabung satu juta. Sehari bisa dapat keuntungan bersih seratus ribu dan cencananya mau nabung lagi,” ujar “MYA”.

Di desa sama, Dusun Genengan, Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto dan tak jauh dari lokasi Millenial Koffie, berdiri dua usaha sepatu, yaitu JR.KING dan DRAGOBY.

“PSN” dan adiknya, “VSP” mengambil market sepatu kulit dengan nama usaha JR.KING yang memproduksi sepatu-sepatu berbahan kulit asli yang dikerjakan secara manual dengan tangan atau handmade.

JR.KING menyiapkan model dan merk sendiri dan sebanyak 20 pasang sepatu diproduksi dan mulai laku di pasaran.

“Sepatu yang beli biasanya langsung datang ke rumah atau menghubungi nomer saya. Sekarang sedang mencoba juga menjualnya secara online,” ungkap “PSN”.

Untuk model tidak hanya fokus sepatu pria saja, JR.KING mulai merancang produksi sepatu untuk wanita. Saat ini “VSP” sedang belajar untuk pembuatan sandal gunung.

Selaras dengan JR.KING, DRAGOBY milik “IM” juga memproduksi sepatu-sepatu handmade. Hanya saja, “IM” memilih bermain di market sepatu sporty dan outdoor. Salah satu yang membuat usahanya memiliki nilai lebih adalah pelanggan bisa memesan model sepatu sesuai pesanan.

Dalam dua pekan, DRAGOBY mampu menjual 78 pasang sepatu dan kini tengah mengerjakan pesanan 20 pasang sepatu.

Omzet penjualan sepatu sebelumnya mencapai Rp 3.710.000 dengan keuntungan mencapai Rp 2.340.000 dan DRAGOBY berencana mengajukan izin merek ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat.

Sejak kemarin hingga saat ini, pekerja sosial Balai Residen Satria Baturraden memantau dan mendampingi langsung perkembangan usaha kelima anak tersebut dengan mendampingi proses pembukuan usaha.

Salah satunya yang dilakukan pekerja Sosial Muda, Suparya selaku pendamping usaha sepatu menilai konsistensi menjadi penting ketika membuka usaha.

“Tetap jaga pemulihan agar tetap produktif dan produksi dan penjualan seimbang, termasuk konsisten dalam pembukuannya,” ujar Suparya.

Hal senada disampaikan pekerja sosial pertama, Winarni melakukan pendampingan bagi usaha Millenial Koffie milik “MYA” dan “MF”.

“Iya, kami terus kembangkan usaha yang sudah didirikan dengan penuh perjuangan ini. Belajar disiplin dan tidak terkecuali untuk selalu tertib administrasi dan pencatatan keuangan, ” tandas Winarni.

Kerlima anak tersebut, juga memperoleh pendampingan dan monitoring secara berkala oleh pekerja sosial, baik dari aspek biopsikososial maupun keberlanjutan kemandirian usaha agar terus bisa mandiri.[ama]

Related Articles

Back to top button