HUMANITIES

Antisipasi Bencana, Kemensos RI Tingkatkan Koordinasi dan Kesiagaan

Indonesiaplus.id – Kementerian Sosial RI bersiap mengantisipasi datangnya bencana sejalan musim penghujan. Berdasarkan peta kawasan rawan, Provinsi DKI Jakarta dinilai perlu mendapat perhatian paling serius.

Sejumlah alasan DKI Jakarta ditempatkan sebagai daerah yang mendapat perhatian tinggi di, selain ancaman banjir kiriman dari kawasan Puncak, Bogor, DKI Jakarta.

“juga rentan ancaman banjir rob di DKI yang kerap dikaitkan dengan siklus 5 tahunan dan 10 tahunan, serta sebab lainnya, ” ujar Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos Syafii Nasution di Jakarta, Ahad (25/10/2020).

Juga, karena tingginya populasi di DKI Jakarta dengan berbagai fasilitas vital yang berdiri di ibu kota negara. Sehingga, kondisi tersebut menimbulkan risiko lebih tinggi timbulnya korban jiwa dan harta benda.

Kemensos RI bersama intansi terkait tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap sejumlah daerah rawan bencana banjir dan longsor.

“Di sejumlah kawasan yaitu sepanjang daerah aliran sungai-sungai besar di Jawa, seperti Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, Sungai Citarum, Sungai Begawan Solo, termasuk Sungai Kapuas di Kalimantan, dan sejumlah kawasan lain di seluruh pelosok tanah air, ” ungkap Syafii.

Kesiap-siagaan Kemensos diwujudkan dengan menjalin koordinasi dengan instansi terkait, seperti dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta dengan Korps Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

“Penanganan bencana sifatnya sinergi antar-lembaga. Kami telah menggelar rapat-rapat koordinasi, terutama dengan dinas sosial termasuk Dinas Sosial DKI Jakarta,” katanya.

Rapat koordinasi intensif dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana dan longsor sejalan dengan makin tingginya curah hujan pada bulan-bulan mendatang yang didorong oleh fenomena La Nina.

Prakiraan cuaca BMKG saat ini telah terjadi fenomena La Nina yang merupakan fenomena dengan meningkatnya curah hujan 20% – 40% lebih tinggi.

“Tentu saja, kondisi ini berpotensi menimbulkan banjir dan longsor di sejumlah daerah rawan,” tandasnya.

Menurut BKMG bahwa puncak La Nina diprediksi terjadi pada November-Desembera 2020, namun dampaknya bisa hingga awal tahun depan.

“Kami menghimbau kepada masyarakat di sepanjang kawasan rawan agar terus meningkatkan kewaspadaan, sebab bencana bisa datang kapan saja,” pungkas Syafii.[mor]

Related Articles

Back to top button