HEALTH

Peneliti: Penggunaan Gawai Berlebihan Akibatkan Anak Pubertas Dini

Indonesiaplus.id – Sebuah studi teranyar dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Masyarakat Eropa untuk Endokrinologi Anak ke-60, cahaya biru yang dipancarkan dari layar ponsel dan tablet dapat mengubah kadar hormon tertentu, dan meningkatkan kemungkinan pubertas dini pada anak-anak.

Para peneliti percaya bahwa hal ini terkait dengan bagaimana cahaya biru menekan sekresi melatonin, hormon yang membantu mengontrol siklus tidur.

“Penelitian terhadap tikus, kami tidak dapat memastikan temuan ini akan direplikasi pada anak-anak, tetapi data ini menunjukkan bahwa paparan cahaya biru dapat dianggap sebagai faktor risiko untuk onset pubertas lebih awal,” ujar salah seorang peneliti, dr Aylin Kilinc Ugurlu, dari Rumah Sakit Kota Ankara di Turki.

Bagaimana lagi layar dan ponsel cerdas dapat memengaruhi anak-anak dan remaja? Berikut adalah tiga area yang mungkin paling berdampak.

Pertama, tidur
Penggunaan gawai pada anak bisa memengaruhi kualitas tidur mereka. Studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Sleep Medicine, penggunaan smartphone yang berlebihan terkait dengan total waktu tidur yang lebih pendek pada anak-anak. Selain durasi tidur, kualitas tidur juga berkurang.

“Cahaya biru dari perangkat elektronik dapat mempengaruhi tidur anak-anak, terutama ketika digunakan menjelang waktu tidur, karena mempengaruhi produksi melatonin,” kata dr Maite Ferrin, konsultan psikiater anak dan remaja di Re:Cognition Health seperti dilansir Independent, Senin (20/9/2022).

Sangat penting mengurangi atau idealnya berhenti menggunakan perangkat elektronik dan smartphone sebelum tidur, dan juga menghindari menggunakannya untuk jangka waktu yang lama sepanjang hari.

Kedua, kecemasan dan konsentrasi
Studi pada 2018 yang diterbitkan dalam Preventative Medicine Reports menyatakan bahwa penggunaan gawai secara berlebih dikaitkan dengan kesejahteraan yang lebih rendah pada usia dua hingga 17 tahun.

Penggunaan gawai berlebih, yaitu tujuh jam lebih sehari, menunjukkan lebih sedikit rasa ingin tahu, kontrol dan stabilitas emosional.

Di antara anak 14-17 tahun digolongkan sebagai pengguna gawai berlebih ditemukan dua kali lebih mungkin didiagnosis dengan kecemasan atau depresi. Jasmine Eskenzi, pendiri The Zensory, aplikasi kesejahteraan dan produktivitas, mengatakan bahwa gawai bisa merusak kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan remaja.

Di sisi lain, kita tidak dapat mengubah cara masyarakat menggunakan teknologi di era modern ini. Karena itu, dia menyarankan untuk menciptakan kebiasaan sehat dalam penggunaan gawai.

“Menggunakan gawai dengan cara yang positif, untuk memberdayakan orang untuk mempelajari strategi kesehatan mental preventif seperti perhatian, meditasi, dan pemikiran positif. Kebiasaan dan perilakulah yang perlu diubah, untuk menghentikan anak-anak muda dengan cemas scrolling media sosial, dan alih-alih mengajari mereka bagaimana mereka bisa hidup lebih sehat–ini harus disertai dengan perubahan sistemik dan budaya untuk menegakkan ini bersama-sama,” katanya.

Ferrin mengatakan, bahwa penggunaan gawai berkepanjangan juga mengurangi rentang perhatian pada anak-anak dan dapat memengaruhi fungsi otak lainnya, termasuk kemampuan untuk mengingat sesuatu. “Menggunakan smartphone dalam jumlah sedang dan menetapkan batasan ke anak-anak adalah kunci untuk mengurangi gejala-gejala ini,” jelasnya.

Ketiga, mata
Kendati layar tidak akan membuat anak-anak fokus, seperti diyakini orang tua pada dekade sebelumnya, terlalu banyak hal itu masih memengaruhi mereka. Ferrin menilai, penggunaan gawai berlebihan dapat merusak penglihatan anak-anak dan orang-orang dari segala usia.

“Kelebihan stres ditempatkan pada mata yang dapat menyebabkan penglihatan berfluktuasi, ketegangan mata, kelelahan mata, sakit kepala, serta sakit leher, bahu dan punggung. Penggunaan gawai berlebihan berpotensi meningkatkan risiko gejala mata seperti miopia (rabun dekat) dan penyakit permukaan mata yang menyebabkan sindrom mata kering dan blefaritis,” ungkap Ferrin.[auf]

Related Articles

Back to top button