HEALTH

Inovasi Baru, Peneliti Cegah Penyebaran Demam Berdarah Dengue

Indonesiaplus.id – Hingga saat ini, Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di beberapa tempat di Indonesia.

Dilaporkan selama pandemi, jumlah penderita DBD terus meningkat. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri ditengah upaya pengendalian pandemi COVID-19.

Upaya menekan ancaman penyebaran dan penularan DBD, The World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang dijalankan oleh Prof. Adi Utarini melakukan penelitian terkait pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk Aedes aegypti yang telah berbakteri Wolbachia.

“Jadi, saya kesini mau belajar cara menurunkan prevalensi dengue dengan cara mengontrol nyamuknya bukan menghilangkan, tapi membuat nyamuknya tidak menularkan virus lagi. Caranya dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk tersebut. Sehingga kalo nyamuknya mengigit tidak akan Menular,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin saat meninjau Laboratorium Etomologi WMP Yogyakarta, Jumat (22/7/2022).

Menurut peneliti yang kerap disapa Prof. Uut ini menjelaskan Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami diserangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk aedes aegypti.

Dengan bantuan bakteri Wolbachia mampu melumpuhkan virus dengue, sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resisten sehingga tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.

Sebelumnya, uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, rencananya terus diperluas. Monitoring dilakukan oleh perawat dan peneliti untuk melihat efektivitas bakteri Wolbachia terhadap penyebaran virus dengue.

Alhasil di lokasi yang disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen. Intervensi ini, lanjut Prof. Uut, jauh lebih efektif dibandingkan pemberian vaksin dengue. Dari segi pembiayaan juga diklaim lebih murah.

“Penelitian WMP Yogyakarta, sudah menghasilkan bukti di wilayah yang disebar nyamuk angka denguenya menurun 77,1 persen dan angka hospitalization karena dengue berkurang 86,1 persen. Intervensi ini efektivitasnya lebih bagus daripada vaksin dengue,” ujarnya.

Terkait dengan efisien dan efektif, ia memastikan Wolbachia aman, gigitannya tidak akan berdampak terhadap kesehatan manusia.

Lebih lanjut Prof. Uut berharap inovasi teknologi Wolbachia bisa diadaptasi sebagai program nasional dalam kerangka menurunkan penyebaran dengue di Indonesia.

“Sebenarnya ini merupakan salah satu inovasi yang harapannya bisa menguatkan program pengendalian dengue di Indonesia agar masyarakat bisa terhindar dari dengue,” ungkap Prof. Uut.

Keberadaan inovasi teknologi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia.

Namun, masyarakat tetap diminta melakukan gerakan 3M Plus seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.[auf]

Related Articles

Back to top button