Apa Itu Atrial Fibrilasi (AF)? Debar Jantung Tak Selalu Karena Si Dia Loh
Indonesiaplus.id – Berasa jantung berdebar saat tak sengaja bertemu pandang dengan si dia, itu wajar. Tapi jika jantung berdebar ketika si tidak ada itu patut curiga.
Wah! Jangan-jangan ada kemungkinan mengalami atrial fibrilasi (AF). Atrial fibrilasi merupakan kondisi irama jantung tidak teratur dan sering terjadi sangat cepat yang bisa memicu pembekuan darah di jantung.
“Pada saat jantung berdebar, kita duga AF dan harus ditindaklanjuti serius. Jangan sampai berdebar dan dianggap enggak apa-apa, tahu-tahu stroke,” kata Prof. Yoga Yuniadi, spesialis jantung di Siloam Hospitals TB Simatupang, dalam Siloam Health Corner pada Selasa (12/4).
Pada irama jantung normal berasal dari satu ‘generator’ yang disebut sinoatrial (SA) node. Juga, secara alami, denyut jantung berasal dari hantaran listrik yang dikirim SA node. Untuk orang dengan atrial fibrilasi, ada banyak ‘generator’ yang mengirimkan aliran listrik sehingga membuat denyut jantung tidak beraturan.
Kondisi ketidakteraturan denyut jantung mengakibatkan darah yang berasal dari serambi dan seharusnya ke bilik, malah hanya berputar-putar. Ini berisiko membuat darah terkumpul pada ruang buntu jantung dan menggumpal.
Gambaran kasar dari beberapa data ada kira-kira 2,2 juta orang Indonesia yang mengalami atrial fibrilasi. Budi Ario Tejo, spesialis jantung Siloam Hospitals TB Simatupang, mengatakan gambaran dari riset yang dilakukan di Jakarta, ada sekitar 0,2 persen dari total penduduk Jakarta hidup dengan atrial fibrilasi .
Jika penduduk Jakarta ada sekitar 11 juta jiwa, kira-kira sebanyak 220 ribu mengalami atrial fibrilasi. “Tidak ada faktor tunggal bisa mencetuskan. Ini multifaktorial, ada usia, jenis kelamin, penyakit yang sudah diderita sebelumnya,” jelas Tejo.
Jadi ada hubungannya dengan gaya hidup? Gaya hidup yang tidak sehat, merokok, gula darah tidak terkontrol, stres enggak dikelola, istirahat kurang, mengakibatkan remodelling struktur jantung sehingga risiko atrial fibrilasi makin besar.
“Mereka yang memiliki masalah pada jantung termasuk gagal jantung, penyakit jantung koroner, akan meningkatkan risiko atrial fibrilasi hingga 3-5 kali lipat, “
Gejala AF paling bisa dikenali adalah denyut jantung tidak teratur. Kadang iramanya normal, kadang jauh lebih cepat.
Menurut Tejo, bahwa sebagian besar pasien mengeluhkan sesak napas, lalu nyeri di dada meski jarang, lemas, keringat dingin, dan hampir pingsan. “Saat atrial fibrilasi, risiko komplikasi tinggi dan paling dikhawatirkan stroke,” imbuhnya.
Penanganan atrial fibrilasi akan bermuara pada mengembalikan irama jantung ke irama yang normal atau AF tetap ada tetapi dalam kondisi terkendali. Untuk melakukannya, diperlukan tata laksana berupa pemberian obat dan ablasi.
Juga, ada terapi obat pasien akan diberi obat anti aritmia. Obat ini tak jarang memberikan efek samping sistemik yang cukup berat.
Prosedur ablasi merupakan prosedur untuk menutup ‘generator’ di luar ‘generator’ alami jantung. Ada dua jenis ablasi yakni ablasi radiofrekuensi dan ablasi cryo.
Menurut Prof. Yoga, prosedur ablasi lebih baik dalam menangani atrial fibrilasi. “Selain memperbaiki AF berulang, ablasi mampu memperbaiki kualitas hidup. Pada kelompok AF yang dini, baru saja ada, tindakan ablasi ini bahkan bisa mencegah stroke. Kalau untuk AF yang sudah lama, manfaat pencegahan stroke enggak ada, tapi kualitas hidup lebih baik,” tandasnya.[auf]