GLOBAL

Peneliti Universitas Liverpool: Eropa Terancam oleh Nyamuk Harimau Asia

Indonesiaplus.id – Soeren Metelmann, seorang ahli dari universitas di Liverpool, Inggris menyatakan nyamuk harimau Asia bisa menularkan lebih dari 20 virus fatal memberi mimpi buruk pada negara-negara Eropa.

“Bagi negara-negara seperti Italia, Prancis dan Spanyol, ini sudah merupakan skenario terburuk. Tidak dapat menghilangkan nyamuk harimau Asia lagi, hanya mencoba mengurangi jumlah nyamuk dan meminimalkan efek,” ucapnya, seperti dilansir Anadolu Agency.

Kelebihan dari Nyamuk harimau Asia dapat menularkan lebih dari 20 virus berbeda, seperti demam berdarah, chikungunya, Zika, demam kuning, dan juga beberapa cacing filaria, seperti cacing jantung anjing.

Pada awalnya, jenis nyamuk ini berkembang biak di iklim sub-tropis, seperti di China utara dan Jepang tengah, tetapi secara bertahap menyebar ke Amerika Utara dan Eropa menggunakan “mekanisme khusus”.

“Jenis spesies ini memiliki keuntungan, karena bisa bertelur khusus pada akhir tahun yang hanya bisa menunggu sampai musim dingin berakhir dan kemudian larva menetas ketika suhu lebih cocok di musim semi,” ungkapnya.

Krisis iklim yang menjulang, yang mengarah ke suhu yang lebih hangat, dapat memainkan peran dalam menyebarkan infeksi yang ditularkan oleh nyamuk tersebut.

Sedangkan pada suhu lebih hangat, ada lebih banyak nyamuk dan menular jauh lebih cepat, yang mengarah ke kondisi sempurna untuk wabah.

“Namun yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah bahwa nyamuk ini telah menyebabkan dua wabah chikungunya dengan sekitar 300 dan 500 kasus di Italia, ditambah sejumlah kasus demam berdarah di Eropa selatan. Ada juga kasus Zika di Prancis tahun ini,” katanya.

Upaya penyebaran penyakit dan nyamuk lebih lanjut, agar pengawasan aktif dan penyemprotan insektisida untuk membunuh larva dapat membantu mengurangi wabah.

“Saya pikir cara terbaik untuk menghindari kasus di Eropa adalah dengan membantu mengurangi jumlah kasus di daerah tropis. Jika ada lebih sedikit kasus di daerah tropis, lebih sedikit pelancong yang terinfeksi dan membawa penyakit ke Eropa,” katanya.

Hal senada disampaikan oleh Moritz Kraemer, seorang peneliti di bidang penyakit menular di Universitas Oxford, ancaman dari nyamuk harimau Asia adalah sangat nyata dengan Amerika Selatan dan Afrika Timur butuh setidaknya 30 tahun untuk bebas dari dampaknya.

“Total, 197 negara diperkirakan akan melaporkan pada 2080, dengan 20 negara tersebut melaporkan kehadiran nyamuk itu untuk pertama kalinya. Perubahan iklim secara fungsional mempengaruhi penyebaran nyamuk, karena bisa hidup lebih lama dan dapat berkembang di tempat-tempat yang sebelumnya terlalu dingin atau tidak cukup basah atau di perkotaan,” ungkapnya.

Selain itu, Kraemer mengatakan bahwa bersama dengan efek perubahan iklim, penyebaran tidak membutuhkan adanya perjalanan manusia atau perdagangan yang dilakukan dari daerah endemik ke non-endemik.[fat]

Related Articles

Back to top button