Jelang Pelantikan, Gelombang Protes Warga Anti-Putin Meluas

Senin, 7 Mei 2018
Indonesiaplus.id – Menjelang pelantikan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk masa jabatan keempat yang akan digelar Senin (7/5/2018) malam.
Gelombang aksi protes merebak di 27 ibu kota provinsi di Rusia. Ribuan warga menolak pelantikan dan menuntut pemilu ulang digelar lebih demokratis dan independen.
Sementara itu, pemimpin oposisi Alexei Navalny ditahan selama aksi protes berlangsung, Sabtu (4/5/2018) dibebaskan sebelum pelantikan oleh aparat penegak hukum. Dia dijadwalkan akan disidangkan pekan depan dengan tuntutan melakukan provokasi dan ujaran kebencian terhadap penguasa.
Politikus muda kharismatik, Navalny (41), dilarang menantang Putin dalam pemilihan presiden pada Maret, telah meminta rakyat melakukan aksi unjuk rasa di seluruh negeri pada Sabtu dengan slogan “Bukan Tsar Kami”.
“Rakyat tidak ingin ada tirani baru di Rusia. Dia bukan Tsar kami. Tidak akan pernah ada Tsar baru yang membuat negara ini hancur,” tandas Navalny.
Data OVD-Info, kelompok pemantau independen, hampir 1.600 pengunjuk rasa ditahan di 27 kota di seluruh Rusia. Navalny yang ditangkap polisi dan dibawa pergi sesaat setelah dia muncul di Lapangan Pushkin di Moskow, dibebaskan tak lama setelah tengah malam.
“Mereka menerima perintah ‘jangan menempatkannya di balik jeruji sebelum pelantikan’,” kata Navalny di Twitter, mengacu pada Pemerintah Moskow. “Dia dituduh mengorganisir unanctioned rally dan menolak polisi.”
Menurut Pengacara Navalny, Veronika Polyakova, kepada AFP mengatakan bahwa pada Minggu pengadilan Moskow akan bersidang Jumat depan untuk mendengarkan kasusnya. Sidang akan dilakukan setelah upacara pemberian sumpah Putin, Senin.
Januari lalu, Navalny ditahan karena menggelar aksi unjuk rasa ilegal. Dia secara resmi didakwa bersalah oleh aparat keamanan, namun beberapa saat kemudian dibebaskan. Dia dijerat dengan pasal mengadakan demonstrasi tanpa izin serta tak menaati kepolisian dan menghadapi ancaman hukuman penjara 30 hari.
Aksi demonstrasi kemarin, dia berpidato di hadapan pendukungnya di Moskow sambil meneriakkan, “Jatuhlah bersama Raja.” Teriakan itu ditujukan kepada Putin yang akan dilantik Senin (7/5/2018). Putin dianggap sebagai penjelamaan raja monarki usai memenangkan pemilihan presiden (pilpres) untuk keempat kalinya.
“Mereka mengatakan bahwa kota ini punya Putin. Apa itu benar? Apakah Anda membutuhkan seorang raja,” kata Navalny kepada demonstran, yang dijawab serentak dengan, “Tidak.”
Pria yang dilarang mengikuti pilpres itu ditahan di Lapangan Pushkin Moskow, di mana para pendukungnya meneriakkan, “Rusia tanpa Putin!” dan “Putin adalah Pencuri!” Dalam rekaman video menunjukkan lima polisi membawanya ke sebuah mobil.
Putin menjabat presiden untuk keempat kalinya usai memenangkan pemilihan presiden, Maret lalu. Dari empat periode kepemimpinannya, Putin berkuasa selama 20 tahun, dua periode untuk jabatan empat tahun dan dua lainnya enam tahun.
Dalam pilpres terakhir, dia memperoleh lebih 55 juta suara atau menguasai 76,67 persen. Angka itu rekor tertinggi perolehan suaranya dibandingkan tiga pilpres sebelumnya.[Fat]