Terjadi Ketegangan Politik Global, Harga Minyak Melambung ke Level Tertinggi 7 Tahun

Indonesiaplus.id – Usai terjadi ketegangan politik global, para investor mengkhawatirkan berpengaruh kepada produsen minyak utama, seperti Uni Emirat Arab dan Rusia yang memperburuk prospek pasokan minyak yang sudah ketat.
Juga, harga minyak di pasar global pada perdagangan Selasa atau Rabu (19/1/2022) pagi WIB naik ke level tertinggi sejak 2014.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 1,03 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi 87,51 dolar AS per barel.
Untuk minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir naik 1,61 dolar AS, atau 1,9 persen lebih tinggi pada 85,43 dolar AS per barel.
Sedangkan, untuk kenaikan minyak mentah Brent dan WTI telah menyentuh level tertinggi sejak Oktober 2014, dan beberapa sumber OPEC seperti dikutip Reuters, mengatakan minyak 100 dolar AS per barel tidak di luar jangkauan.
Ada kekhawatiran lain terhadap ketatnya pasokan minyak meningkat pekan ini usai kelompok Houthi Yaman menyerang Uni Emirat Arab, meningkatkan permusuhan antara kelompok yang berpihak pada Iran dan koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
“Terdapat kerusakan di fasilitas minyak UEA di Abu Dhabi tidak signifikan, tetapi menimbulkan pertanyaan tentang gangguan pasokan lebih banyak lagi di kawasan itu tahun ini, ” tulis analis senior pasar minyak Rystad Energy Louise Dickson.
Menurut Perusahaan minyak UEA ADNOC telah mengaktifkan rencana kesinambungan bisnis untuk memastikan pasokan produk yang tidak terputus ke pelanggan lokal dan internasional setelah insiden di depot bahan bakar Mussafah.
Pemerintah Rusia mengirimkan pasukan dalam jumlah besar di dekat perbatasan Ukraina yang diperkirakan memicu kekhawatiran terjadinya invasi. Sementara, pejabat AS dan Jerman telah membahas cara untuk menghalangi Rusia yang mencakup penghentian pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia ke Eropa tengah.
Pada saat sama, produsen dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sedang berjuang memompa produksi minyak pada kapasitas yang diizinkan berdasarkan perjanjian OPEC+ dengan Rusia dan sekutunya untuk menambah 400.000 barel per hari setiap bulan.
Pada perkiraannya, OPEC berpegang ada pertumbuhan yang kuat dalam permintaan minyak dunia pada tahun 2022. Kendati varian virus corona Omicron semakin merebak dan perkiraan bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga.
Analis Goldman Sachs memperkirakan persediaan minyak di negara-negara OECD turun ke level terendah sejak 2000 pada musim panas, dengan harga minyak Brent naik menjadi 100 dolar AS per barel pada akhir 2022.[tat]