ECONOMY

Solusi Selamatkan Rupiah, Pengamat: Pemerintah Sebaiknya Tunda Proyek Infrastruktur

Kamis, 6 September 2018

Indonesiaplus.id – Pemerintah diminta menunda pengerjaan megaproyek infrastruktur dan mengalihkannya ke sektor ekonomi riil, sehingga bisa menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

“Saya usulkan agar proyek-proyek yang tadinya sudah pipeline, belum dilaksanakan dan masih bisa diberhentikan, dihentikan dulu. Uangnya digunakan untuk mengamankan rupiah,” ujar pengamat ekonomi Shanti Ramchand saat menggelar konferensi pers di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (5/9/2018).

Dengan penundaan tiga megaproyek dan mengalihkan dana ke sektor riil bisa menekan nilai tukar rupiah menjadi Rp 13 ribu. “Bisa saja tiga megaproyek di-reschedule tahun depan atau dua tahun ke depan, itu bisa turun,” kata pakar perdagangan internasional itu.

Shanti mengapresiasi niatan pemerintah yang menunda megaproyek di PLN. Wanita yang merupakan President ASEAN International Advocacy juga mengusulkan, pemerintah juga perlu mengecilkan alokasi anggaran untuk subsidi BBM.

Pembangunan infrastruktur yang digenjot oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla selama empat tahun terakhir, sudah sangat bermanfaat pada masa mendatang terutama dalam menghadapi era ekonomi digital.

Namun pembangunan proyek-proyek infrastruktur tersebut harus diakui juga membuat ekonomi Indonesia mengalami overheating.

“Saya kira merasa bahwa pemerintahan Jokowi harus slowdown dulu. Reserved cash yang
ada di BI, pakai dulu untuk talangi dolar,” ungkapnya.

Kondisi melemahnya rupiah terhadap dolar yang hampir menembus Rp 14.920 per hari ini, karena dua aspek besar. Pertama karena meningkatnya sifat konsumsi masyarakat dunia sehingga menciptakan friksi dalam ekonomi. Kedua, karena perang dagang dan kebijakan sepihak yang dicetuskan Amerika Serikat.

Di samping itu, kondisi nilai tukar rupiah saat ini berbeda dengan situasi seperti di 1998. Ketika itu, nilai tukar rupiah telah mengantarkan Indonesia pada sebuah krisis moneter.

“Ada karakter kenaikan dolar terhadap rupiah pada 1998 dengan 2018 berbeda. Pada 1998
sudah ada banyak bank yang bangkrut, tutup dan merger,” tutupnya.[Sap]

Related Articles

Back to top button