ECONOMY

Ini Kata Gubernur BI Soal Deflasi di Bulan Februari

Jumat, 1 Maret 2019

Indonesiaplus.id – Deflasi yang terjadi pada bulan Februari 2019 lalu sebesar 0,08% merupakan bukti dari pemerintah yang bisa menjaga berbagai macam harga.

“Tentu saja, kami sampaikan sebelumnya harga-harga terus terkendali,” ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (1/3/2019).

Laju deflasi ini, kata Perry, sudah sejalan dengan survei yang rutin dilakukan BI. “Hal ini sejalan dengan perkiraan dan survei pemantauan harga yang dilakukan BI,” katanya.

Pihaknya menjelaskan bahwa BI akan berkoordinasi terus dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dalam  tetap menjaga harga tetap terkendali.

“Untuk semua komoditas bahan makanan mengalami penurunan seperti daging ayam, cabai merah, telur dan bawang serta administered price terkendali,” ucapnya.

Sedangkan untuk penurunan harga BBM non-subsidi berdampak kepada deflasi di Februari 2019. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BSP), deflasinya 0,08%.

“Komoditas yang berikan andil deflasi itu untuk bensin khususnya untuk yang nonsubsidi, antara lain dari  turunnya harga Pertamax, Pertamax Turbo,” kata Deputi bidang Statistik dan Jasa BPS, Yunita Rusanti di  Jakarta, Jumat (1/3/2019).

Untuk mengingatkan, PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM nonsubsidi sejak 10 Februari 2019. Angka
penurunan dari BBM jenis Perta Series bervariasi hingga Rp800 per liter.

Dampak penurunan harga BBM nonsubsidi ini mengurangi tekanan harga dari berbagai tarif kelompok transportasi. Pasalnya, di kelompok yang sama, tarif transportasi angkutan udara dan mobil menyumbang inflasi, masing-masing 0,03% dan 0,01%.

Namun, secara keseluruhan, pergerakan harga di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan terjadi inflasi 0,05% dengan andil inflasi sebesar 0,01%.

Penyumbang deflasi lainnya pada Februari 2019 adalah penurunan harga bahan makanan. Pergerakkan harga di  kelompok bahan makanan ini terjadi deflasi 1,11%.

Komoditas bahan makanan yang terjadi deflasi, ujar Yunita, antara lain daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, ikan segar, wortel, dan jeruk.

“Tidak semua bahan makanan terjadi deflasi, ada juga yang terjadi inflasi antara lain, beras mi kering, mi instan, bawang putih meskipun andilnya kecil0,01 persen di masing masing komoditas,” ungkapnya.

Dinamika harga tersebut, kelompok bahan makanan menyumbang deflasi 0,24%. Sedangkan, kelompok pengeluaran lainnya yakni makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat inflasi 0,31% dengan andil
0,06% terhadap inflasi secara keseluruhan.

“Komoditasnya antara lain ini yang berikan andil inflasi nasi dengan lauk dengan andil 0,01 persen, rokok kretek  filter andil inflasinya 0,01 persen,” ujar dia.

Kelompok pengeluaran sandang terjadi inflasi 0,27% dengan andil terhadap inflasi keseluruhan 0,01%. Pada kelompok pengeluaran kesehatan juga terjadi inflasi 0,36% dengan andil terhadap inflasi keseluruhan sebesar 0,01%.

“Untuk kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga inflasinya 0,11 persen dan andil terhadap inflasi secara keseluruhan 0,01 persen,” ujarnya.

Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berikan inflasi 0,25% dengan kontribusi terhadap inflasi secara keseluruhan 0,06%.

Secara keseluruhan di Indonesia terjadi deflasi sebesar 0,08% secara bulanan (month to month/mtm) pada Februari 2019. Pergerakan harga konsumen itu berbalik dari dinamika harga barang jika dibandingkan Februari 2018 yang infasi 0,17% (mtm) dan Februari 2017 yang inflasi 0,23% (mtm).

Melalui deflasi 0,08% di Februari 2019, maka secara tahun berjalan terjadi inflasi 0,24% hingga Februari 2019 (year to date/ytd) dan secara tahunan 2,57% (year on year/yoy).[sal]

Related Articles

Back to top button