ECONOMY

Terbuka Pintu Ekspor Jahe Garut, Tapi Lahan Masih Terbatas

Ahad, 17 Februari 2019

Indonesiaplus.id – Komoditas hortikultura bernilai ekonomi cukup tinggi sebab memiliki banyak manfaat salah satunya adalah Jahe.

Sebagai bahan baku pembuatan minuman penghangat, bumbu dapur, penambah rasa atau penyedap makanan  hingga bahan baku herbal.

Tak heran, Jahe termasuk salah satu jenis tanaman obat unggulan dari Kabupaten Garut. Kelompok tani yang telah membudidayakan jahe terutama jahe gajah terdapat di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Cilawu  tepatnya di Kelompok Tani Pasir Damang.

“Di Desa tersebut merupakan pusat jahe yang berada di bawah kaki gunung Cikuray, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya,” ujar Dani, penyuluh pertanian Kecamatan Cilawu.

Dari luas lahan yang ditanami jahe selalu menunjukan peningkatan seiring minat para petani yang makin tinggi  karena lebih menguntungkan.

“Betul, sebagian besar budidaya jahe ditanam dengan sistem tumpangsari jagung, jahe dan kacang tanah, padahal masih terbuka luas untuk menambah luasan tanam,” katanya.

Adapun pintu gerbang ekspor jahe melalui Sub Terminal Agrobisnis (STA) Bayongbong. Biasanya para pelaku eksportir tidak langsung melakukan pengiriman, terlebih dulu dibersihkan, dijemur, disortir, ditimbang, serta dikemas sebelum dikirim ke luar negeri agar kualitas jahe tetap terjamin.

Saat ini, peluang untuk ekspor masih terbuka luas, permintaan jahe terutama berdatangan dari sejumlah negara. Seperti Bangladesh, Pakistan, Belanda dan Brunei Darussalam.

“Pembeli luar negeri lebih tertarik jahe dari Garut bila dibandingkan jahe dari Vietnam dan Thailand. Ini disebabkan kandungan minyak atsiri, pati dan serat jahe Garut lebih baik,” ujar Khaerul Zakaria, Manajer Pengelola STA Bayongbang.

Rimpang jahe yang akan diekspor ini dihimpun dari sentra-sentra produksi seperti kecamatan Wanaraja, Cilawu, Bayongbong, Caringin, Pameungpeuk, Bungbulang dan Kecamatan Pasirwangi.

Kegiatan ekspor jahe Garut  untuk 2018 tidak ada. Ini karena minimnya pasokan jahe dari Garut, sementara persyaratan pembeli luar negeri mewajibkan 1.000 ton per tahun. Sebelumnya 2016 dapat mengekspor jahe sebanyak 1.000 ton dan 2017 sebanyak 1.500 ton.

“Saat ini harga jahe di tingkat pasar lokal  Garut berkisar Rp 20 – 25 ribu per kilogram, sayangnya sudah masuk jahe dari Vietnam dan Thailand,” tandasnya.

Ke depan, salah satu tantangan merespon permintaan dunia untuk ekspor jahe adalah masih terbatasnya kawasan jahe di Garut dan berdasarkan Data BPS Garut 2017 kawasan jahe di wilayah ini mencapai 508 Ha.[sal]

Related Articles

Back to top button