ECONOMY

Ekonom INDEF: Hutang Era Jokowi Melonjak Rp 1.809 Triliun

Ahad, 27 Januari 2019

Indonesiaplus.id – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai bahwa selama 4 tahun pemerintahan Joko Widodo, jumlah utang pemerintah naik Rp 1.809 triliun.

Pertambahan utang di pemerintah ini, lebih besar ketimbang penambahan jumlah utang di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono selama 10 tahun (2004-2014) yang mencapai Rp 1.309 triliun.

Utang pemerintah masih belum produktif. Efek dari naiknya utang pemerintah sebesar 10,5 persen di 2018, dirasa belum signifikan mendorong indikator produktivitas ekonomi misalnya pertumbuhan ekonomi masih berkisar 5,1 persen dan pertumbuhan ekspor berada di 6,65 persen.

Sementara di sisi lain utang pemerintah faktanya tidak semua untuk pengeluaran infrastruktur. Tren belanja pegawai naik lebih tinggi yakni 40,5 persen dan belanja barang naik 80,9 persen dalam periode 2014-2018. Sementara belanja modal yang berkaitan dengan infrastruktur kenaikanya hanya 31,4 persen.

“Saat ini, pemerintah tidak bisa melihat hanya efek jangka panjang tapi diharapkan bisa mengoptimalkan dampak utang di jangka pendek,” ujar Bhima di Jakarta, Ahad (27/1/2019).

Dengan postur belanja dari utang harus diefektifkan untuk pembangunan bukan lebih banyak masuk ke pos belanja konsumtif. Jika postur saat ini terus dibiarkan, maka utang yang masuk lampu kuning bisa berubah menjadilampu merah.

“Dengan rasio utang memang masih dibawah batas 60 persen sesuai Undang-undang keuangan negara. Tapi indikator rasio utang bukan indikator tunggal,” ucapnya.

Implikasi dari porsi Surat Berharga Negara (SBN) yang lebih dominan membuat pemerintah harus membayar bunga lebih mahal, dengan bunga 8,1 persen untuk tenor 10 tahun. Bunga surat utang Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di Asia.

Selain itu, ada efek lainnya yaitu terkait realisasi pembayaran bunga utang pada tahun 2018 tembus diatas 108,2 persen dari target.

Dengan total realisasi bunga utang 2018 sebesar Rp 258,1 triliun. Ini menunjukkan kenaikan bunga utang akan menjadi beban bagi APBN di tahun berjalan.[sal]

Related Articles

Back to top button