ECONOMY

Kritik Pada Program Pemerintah Cetak Sawah di Indonesia

Kamis, 25 Oktober 2018

Indonesiaplus.id – Perlu dipahami bahwa ketahanan benih akan mendorong negara dapat swasembada pangan. Sebab, tanpa sistem perbenihan mumpuni ketahanan pangan mustahil terjadi.

Kritik Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Franciscus Welirang pemerintah lebih memilih mencetak sawah baru dibandingkan menyediakan bibit padi berkualitas tinggi.

Bibit berkualitas akan mendongkrak produktivitas meskipun lahan tak bertambah. Dia mencontohkan, benih 4 ton mampu menghasilkan padi 10 ton per hektare.

“Dengan produktivitas tersebut, petani bisa pakai benih dari varietas tertentu misalnya. Otomatis produksi sudah ganda. Mengapa harus capek-capek cetak sawah lagi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (24/10/2018).

Kesejahteraan petani akan meningkat seiring lonjakan produktivitas. Selama ini, petani selalu disalahkan saat harga beras tinggi maupun rendah sehingga petani tidak sejahtera. Pemerintah selalu melihat hanya dari sisi konsumen, bukan produsen.

Penghasilan petani akan bertambah hanya dengan memanfaatkan penggantian benih varietas khusus. Selain itu, tidak memerlukan perluasan lahan untuk mendongkrak produksi.

Penyediaan benih berkualitas akan jauh lebih membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. “Jadi bibitlah yang paling penting. Jangan ribut impor saja,” ujarnya.

Sementara itu, Staf pengajar Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB) Asep Setiawan menilai, pemerintah telah gagal menyediakan sistem perbenihan nasional karena tidak jelas mulai dari perencanaan.

Juga, pemerintah tidak jelas dalam pemakaian varietas benih yang disesuaikan dengan luas lahan hingga adopsi petaninya. “Jangan sampai petani ditawari benih tertentu tapi tidak mau menanam. Ini yang salah di Indonesia,” tandas Asep.

Badan Pusat Statistik (BPS), kata Asep, ke depan harus bertanggung jawab terhadap luas lahan hingga akurasi data produksi pangan nasional. Hal ini akan berkaitan dengan benih tertentu yang bisa ditanam petani setempat.

Universitas di daerah bisa berperan menyediakan pusat perbenihan nasional, sehingga bisa memberikan pengetahuan ke masyarakat atau petani di sekitarnya.

“Perlu memastikan benih dengan mutu terjamin bisa sampai petani. Cek juga ada subsidi atau tidak. Ini yang harus dipastikan hingga ke pasar,” katanya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Kementan) Ismail Maskromo mengatakan, petani kebanyakan hanya setia pada satu jenis bibit varietas tertentu.

“Petani ini punya fanatisme sendiri. Ini yang harus dihindari karena varietas terus diperbarui,” ujarnya.

Petani sudah sekitar 17 tahun menanam padi jenis Ciherang. Namun, varietas padi tersebut kini banyak mulai diserang hama tanaman.

Varietas yang lama akan digantikan varietas yang lebih tahan serangan hama. “Artinya varietas yang dipakai dengan keunggulan genetik lebih bagus,” ujarnya.

Penggunaan varietas unggul ini, menjadi salah satu solusi ketahanan pangan ke depan. Petani tidak perlu menambah biaya lebih untuk mendapatkan produksi tinggi.

“Dengan hanya mengganti varietas tertentu, dapat produksi lebih baik dari varietas lama,” pungkasnya.[sal]

Related Articles

Back to top button