Dosen UIN: Jadi Cawapres, Ke-Ulamaan Ma’ruf Amin Luntur

Senin, 8 Oktober 2018
Indonesiaplus.id – Tulisan Moeflich H. Hart, dosen UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, mencermati lunturnya ke-ulamaan Ma’ruf Amin sebagai ulama, usai ia memutuskan untuk terjun ke politik.
Sejak resmi menjadi cawapres Jokowi, Ma’ruf seperti menurunkan wibawa, usia, pengalaman, ilmu agama dengan menjadi cawapres.
“Coba bayangkan saja ketua para ulama berbagai ormas!! Yang mengkoordinir dan mengomando para ulama se Indonesia untuk membimbing pemerintah dan umat dan memberikan tuntunan dan pegangan kepada umat sebagaimana sebelumnya saat beliau masih ketua MUI. Ini posisinya terbalik, harusnya KH. Maruf capres, Mas Jokowi cawapres. Itu baru bermartabat,” tulis Moeflich, Minggu (7/10/2018).
Menjadi politisi, kata Moeflich, tentu saja derajat dan wibawanya lebih rendah dan menurun drastis dari seorang ulama apalagi dari ketua organisasi ulama dari sebuah bangsa yang besar.
“Beliau mulai mengatakan banyak yang dipaksakan dalam dirinya seperti akan mempromosikan dan mengembangkan Islam Nusantara. Itu bukan ucapan ulama,” katanya.
Kalau ulama itu, seharusnya menjaga Islam dan ajaran Rasulullah SAW karena ulama adalah jelas-jelas gelar dan tugasnya sebagai waratsatul anbiya, pelanjut perjuangan para nabi.
“Perlu dipahami Islam Nusantara sebagai ciri khas wilayah kebudayaan, itu urusan dunia, tak perlu diperjuangkan. Itu khazanah kebudayaan saja. Yang harus didakwahkan oleh ulama itu Islam ajaran nabi, bukan Islam karakeristik wilayah apalagi kalau karakteristik wilayah itu banyak yang tak sejalannya dengan ajaran Islam,” pungkasnya.[mus].