Sistem Ganjil Genap di Puncak Solusikah? Ini Menurut Pengamat

Rabu, 3 Oktober 2018
Indonesiaplus.id – Sistem satu arah (one way) sudah 30 tahun di Jalur Puncak dan akan diganti dengan sistem ganjil genap yang dianggap efektif. Penerapan sistem ganjil genap diharapkan terintegrasi dengan angkutan moda lain.
Menurut Pemerhati Perkotaan, Yayat Supriatna, bila mengacu pada pertumbuhan kendaraan dengan jaringan jalan, sistem satu arah jalur Puncak sudah tidak relevan. Sebab, mayoritas wisatawan berpelat Ba atau Jakarta.
“Dengan berlakunya ganjil genap bisa menggantikan sistem one way. Setidaknya dapat mengurangi sepertiga atau setengah jumlah kendaraan yang melaju di Jalur Puncak,” harap Yayat, Rabu (3/10/2018).
Berkurangnya volume kendaraan, pengaturan lalu lintas oleh petugas lebih mudah. Sehingga angka kecelakaan bisa ditekan yang terpenting aktivitas sekitar Puncak, mulai dari giat pariwisata dan masyarakat tidak terganggu.
“Di benak orang saat ini ke Puncak ya macet. Apalagi bila ada kecelakaan atau bencana. Lambat laun kan ini bisa mengganggu perekonomian sekitar Puncak,” katanya.
Untuk pengurangan jumlah kendaraan dapat maksimal, sistem ganjil genap harus terintegrasi dengan moda lain. Sebab pada 2020, Bogor sudah dilalui Lintas Rel Terpadu (LRT).
Hal itu, dapat dijadikan peluang untuk pemerintah mengintegrasikan penumpang ke Puncak menggunakan kendaraan pengumpan (feeder).
“Wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya tidak perlu bawa kendaraan. Nanti di salah satu rest area disediakan kendaraan pengumpan. Busnya harus gratis. Seperti Pemda Bogor menyediakan lahannya, Kemenhub sediakan bus dan fasilitasnya, serta pengusaha wisata untuk biaya operasionalnya,” sarannya.
Sistem satu arah di Puncak diberlakukan sejak 1987, untuk mengakomodasi wisatawan yang hendak ke Taman Safari Indonesia, Cisarua. Itu pun hanya berlaku sekitar tiga kilometer mulai dari Simpang Cibereum, kini RS Paru Dr M Goenawan Partowidigdo, hingga Simpang Pasar Cisarua.
Selama 30 tahun lebih sistem satu arah itu diterapkan, volume kendaraan terus bertambah sedangkan ruas Jalur Puncak sepanjang 21 kilometer (Gadog-Puncak Pass) dengan lebar 6 meter makin sesak dijarah pedagang kaki lima di sisi jalan.
Sistem satu arah berlaku teratur setiap Sabtu-Minggu. Pagi hari diprioritaskan untuk kendaraan yang menuju Puncak lalu sore hari arah sebaliknya. Durasi penutupan sulit diprediksi karena polisi mengandalkan panjang antrean kendaraan.
Bila antrean kendaraan mengular sekitar lima kilometer menjelang gerbang tol, sudah dipastikan durasi penutupan satu arah ke Puncak bisa berlangsung tiga jam lebih. Demikian juga dengan sore hari, durasi penutupan satu arah dari Puncak menuju Jakarta/Bogor berlangsung lama bila kendaraan sudah mengular hingga Cimacan.
Hasil survei Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, setiap akhir pekan, jumlah kendaraan dari arah Tol Jagorawi dari arah Jakarta mencapai 40.000 kendaraan. Jumlah itu meningkat pada libur panjang, seperti Idul Fitri atau Natal/Tahun Baru. Sementara, kapasitas jalan hanya menampung sekitar 20.000 kendaraan.[Sap]