GLOBAL

Sebanyak 11.100 Warga Palestina Tewas Selama Agresi Israel di Jalur Gaza

Indonesiaplus.id – Hingga Ahad (12/11/2023), dilaporkan jumlah korban tewas imbas agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, melampaui 11.100 orang. Lebih dari 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Kantor media pemerintah Gaza merilis serangan terhadap rumah sakit di Gaza dan upaya Israel mencegah ambulans keluar masuk rumah sakit mengantar pasien dan jenazah, membuat Kementerian Kesehatan sejak Sabtu (11/11) tidak bisa mengeluarkan statistik akurat mengenai jumlah korban tewas dan luka-luka dalam beberapa jam terakhir.

“Kami ingat pasukan pendudukan (Israel) melakukan lebih dari 1.130 pembantaian dan jumlah korban mencapai lebih dari 11.100 warga tewas, termasuk lebih dari 8.000 anak dan perempuan, seta jumlah korban luka lebih dari 28 ribu orang,” tulis media tersebut, seperti dikutip Anadolu Agency.

Menurut Kemenkes Gaza, jumlah korban tewas pada Jumat (10/11) sebanyak 11.078 orang, dengan 4.506 di antaranya ialah anak-anak, 3.027 perempuan, dan 678 orang lanjut usia. Sementara itu, 27.490 orang dilaporkan mengalami luka-luka.

Menurut juru bicara Kemenkes Gaza, Ashraf Al-Qudra, bahwa semua rumah sakit di Gaza utara, kecuali Rumah Sakit Baptis Al Ahli, sudah tidak bisa beroperasi lagi.

RS Baptis Al Ahli pun, menurutnya, cuma bisa memberikan layanan terbatas bagi pasien. Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel mengintensifkan serangan darat dan udara di rumah sakit-rumah sakit Gaza utara, terutama Al Shifa.

Sejak Sabtu, pasukan Negeri Zionis mengepung kompleks medis itu dari segala penjuru. Kendaraan militer Israel ditempatkan di dekat gerbang utama Al Shifa, yang secara langsung menargetkannya di tengah baku tembak serta serangan drone tiada henti.

Tiga badan PBB terdiri dari UNFPA, UNICEF, dan WHO telah mengecam situasi horor yang dialami fasilitas kesehatan di Gaza selama lebih dari sebulan agresi Israel.

“Dunia tidak bisa diam di saat rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman, bertransformasi menjadi tempat kematian, ketakutan, dan keputusasaan,” tulis pernyataan bersama tiga badan PBB tersebut.[mar]

Sebanyak 11.100 Warga Palestina Tewas Selama Agresi Israel di Jalur Gaza

Indonesiaplus.id – Hingga Ahad (12/11/2023), dilaporkan jumlah korban tewas imbas agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, melampaui 11.100 orang. Lebih dari 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Kantor media pemerintah Gaza merilis serangan terhadap rumah sakit di Gaza dan upaya Israel mencegah ambulans keluar masuk rumah sakit mengantar pasien dan jenazah, membuat Kementerian Kesehatan sejak Sabtu (11/11) tidak bisa mengeluarkan statistik akurat mengenai jumlah korban tewas dan luka-luka dalam beberapa jam terakhir.

“Kami ingat pasukan pendudukan (Israel) melakukan lebih dari 1.130 pembantaian dan jumlah korban mencapai lebih dari 11.100 warga tewas, termasuk lebih dari 8.000 anak dan perempuan, seta jumlah korban luka lebih dari 28 ribu orang,” tulis media tersebut, seperti dikutip Anadolu Agency.

Menurut Kemenkes Gaza, jumlah korban tewas pada Jumat (10/11) sebanyak 11.078 orang, dengan 4.506 di antaranya ialah anak-anak, 3.027 perempuan, dan 678 orang lanjut usia. Sementara itu, 27.490 orang dilaporkan mengalami luka-luka.

Menurut juru bicara Kemenkes Gaza, Ashraf Al-Qudra, bahwa semua rumah sakit di Gaza utara, kecuali Rumah Sakit Baptis Al Ahli, sudah tidak bisa beroperasi lagi.

RS Baptis Al Ahli pun, menurutnya, cuma bisa memberikan layanan terbatas bagi pasien. Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel mengintensifkan serangan darat dan udara di rumah sakit-rumah sakit Gaza utara, terutama Al Shifa.

Sejak Sabtu, pasukan Negeri Zionis mengepung kompleks medis itu dari segala penjuru. Kendaraan militer Israel ditempatkan di dekat gerbang utama Al Shifa, yang secara langsung menargetkannya di tengah baku tembak serta serangan drone tiada henti.

Tiga badan PBB terdiri dari UNFPA, UNICEF, dan WHO telah mengecam situasi horor yang dialami fasilitas kesehatan di Gaza selama lebih dari sebulan agresi Israel.

“Dunia tidak bisa diam di saat rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman, bertransformasi menjadi tempat kematian, ketakutan, dan keputusasaan,” tulis pernyataan bersama tiga badan PBB tersebut.[mar]

Related Articles

Back to top button