Kolaborasi Poltekesos dan DP3A Kota Bandung untuk Perlindungan Perempuan dan Anak

Indonesiaplus.id – Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Simfoni PPA) menunjukan bahwa ada 11.266 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 16.106 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di Indonesia pada 2022.
Di Kota Bandung berdasarkan data simfoni PPA ini pada trisemester awal 2023 menjadi wilayah dengan jumlah kasus kekerasan tertinggi ketiga di Jawa Barat. Tercatat ada 37 laporan tindak kekerasan dalam waktu kurang lebih dua bulan, lebih rendah dari Kota Depok, 179 laporan dan Bogor 42 laporan. Jika dilihat catatan 2022, Kota Bandung menjadi wilayah dengan kasus kekerasan tertinggi di Jawa Barat dengan 423 kasus.
Pembentukan Sekolah Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Bandung Tahun 2023, sebagai sebuah langkah penting dalam upaya meningkatkan kesadaran dan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung menggelar kegiatan Training of Trainer (ToT) Sekolah Perlindungan Perempuan dan Anak di G.H. Universal Hotel Setiabu di Kota Bandung, Senin (4/9/2023).
Kegiatan tersebut hasil kolaborasi antara Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bandung dengan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung.
“Sinergi antara DP3A Kota Bandung dan Poltekesos menghasilkan modul-modul yang sangat penting untuk upaya perlindungan perempuan dan anak. Keempat modul mencakup isu-isu yang krusial, yaitu Modul Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender, Modul Keluargaku Pelindungku, Modul Pengasuhan dan Hak Anak, serta Modul Kesehatan Reproduksi dan Perkawinan Anak. Semua modul akan dipresentasikan oleh para narasumber, “ujar Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bandung Dra. Irma Nuryani MH saat membuka secara resmi kegiatan ToT.
Selain itu, dalam kegiatan ToT menghadirkan empat narasumber yaitu Diden Rostika Ph.D, seorang Pekerja Sosial dari Poltekesos Bandung, dengan materi paparan, “Keluargaku Pelindungku.” Narasumber kedua, A. Diana Handayani MPSP anggota Koalisi Perlindungan Anak, menyajikan paparan tentang “Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender.”
Paparan ketiga tentang “Pengasuhan dan Hak Anak,” disampaikan oleh Tuti Kartika Ph.D, seorang Dosen dari Poltekesos Bandung. Paparan keempat tentang, “Kesehatan Reproduksi dan Perkawinan Anak” oleh Dr. Bambang Rustamto, M.Hum, seorang Dosen sekaligus anggota Unit Kajian Anak dan Gender Poltekesos Bandung.
“Kami berharap peserta ToT akan menjadi agen perubahan untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang perlindungan perempuan dan anak. Sehingga, menjadi mitra DP3A Kota Bandung dalam upaya mensosialisasikan dan pendidikan yang lebih luas kepada perempuan dan anak-anak terkait perlindungan, ” tandas Irma.
ToT diselenggarakan dalam berbagai Focused Group Discussion (FGD), Role Play, dan kuis (Quiz) yang diikuti 21 peserta dari berbagai latar belakang, seperti unsur Sekretariat DP3A Kota Bandung, UPTD PPA Kota Bandung, Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) Kota Bandung, Bidang P2A, dan juga perwakilan mahasiswa dari UKM Youth for Unity and Voluntary Action (YUVA) Poltekesos Bandung.
“Melalui program yang dirancang khusus dalam upaya pencegahan dan penanganan permasalahan dalam kekerasan perempuan dan anak harus secara bersamaan dan konfrehensif agar bisa dilaksanakan. Sekolah Perlindungan Perempuan dan Anak diharapkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat dilakukan melalui sinergi antarsektor, ” ungkap Dra. Uum Sumiati M.Si, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bandung, saat menutup ToT Sekolah Perlindungan Perempuan dan Anak.
Adapun agenda kelanjutan dari program akan dilaksanakan diseminasi di tingkat RT/ RW, Kelurahan, Keluarga dan Satuan Pendidikan di wilayah Kota Bandung.[ama]