NATIONAL

Dampak Fenomena La Nina, BMKG Sebut Musim Kemarau RI Tertunda

Indonesiaplus.id – Kondisi hujan yang masih terjadi di Jabodetabek dan sejumlah wilayah Indonesia karena aktivitas La Nina. Di mana, fenomena tersebut menunda musim kemarau.

Sub koordinator bidang prediksi cuaca Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Ida Pramuwardhani, mengatakan labilitas atmosfer karena pemanasan yang cukup besar menjadi penyebab turun hujan deras disertai kilat dan angin kencang.

“Ada pemanasan cukup dan labilitas yang relatif masih tinggi menjadi penyebab utama terbentuknya awan cumulonimbus biasa membawa hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang,” ujar Ida di Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Sebagian wilayah Indonesia mengalami peralihan musim dari musim hujan ke kemarau atau disebut pancaroba. Saat ini berdasarkan data BMKG pada 31 Mei, sebanyak 26,6 persen wilayah Indonesia masuk awal musim kemarau.

Sebagian sisanya baru masuk kemarau pada Juni hingga Juli. Adanya peralihan musim di wilayah Indonesia diprediksi akan berlangsung pada akhir Juni-Juli. Kini baru sekitar 50 persen wilayah Indonesia yang sudah beralih ke musim kemarau.

“Dampak dari situasi itu berpotensi cuaca terik berpeluang masih bisa terjadi hingga musim kemarau berakhir, juga masih terdapat potensi hujan di musim kemarau walau intensitasnya lebih rendah dibanding peralihan musim,” ungkapnya.

La Nina, kata Ida, masih bertahan hingga pertengahan 2022. Sejak April hingga Mei indeks El NiƱo Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan terjadi penguatan intensitas La Nina.

“Pada umumnya, La Nina akan berdampak pada curah hujan tinggi. 47 persen wilayah zona musim terlambat masuk musim kemarau,” katanya.

Peneliti Meteorologi BMKG Deni Septiadi mengatakan saat ini suhu muka laut di Indonesia disebut masih cukup hangat dengan anomali berkisar antara 0.1 sampai 0.3 derajat celcius.

Indeks La Nina 3.4 moderat -0.58 yang mengindikasikan konektivitas untuk menghasilkan hujan cukup tinggi.

“Kendati terjadi penurunan hari hujan (HH), potensi intensitas hujan yang terjadi antara sedang-lebat bahkan ekstrem masih ada. Pada musim-musim peralihan (Maret-April-Mei, MAM) atau kemarau (Juni-Juli-Agustus, JJA) pemanasan permukaan akan sangat sempurna untuk pengangkatan,” ungkpa Deni.

Awan-awan terbentuk dalam fase ini bahkan seringkali menjadi sangat menjulang, dengan suhu puncak awan mencapai -80 derajat celcius.[yus]

Related Articles

Back to top button