Kota-kota di Seluruh Dunia Padamkan Lampu, Peringati Earth Hour

Indonesiaplus.id – Pada Sabtu (27/3/2021), kota-kota di seluruh dunia memadamkan lampu untuk memperingati Earth Hour atau Jam Bumi.
Peringatan tahun ini menandai kaitan antara kerusakan alam dan meningkatnya wabah penyakit seperti Covid-19.
Misalnya, di London Gedung Parlemen, Kincir ria London Eye, gedung pencakar langit Shard dan lampu neon di Piccadilly Circus ikut memadamkan lampu selama sejam dari pukul 20.30 waktu setempat.
“Peringatan ini memperlihatkan bahwa komitmen kami meningkatkan kesinambungan dan bahwa kami memainkan peranan kami dalam mengurangi konsumsi energi,” tutur Lindsay Hoyle, Ketua Parlemen Inggris House of Commons.
Sementara itu, di Paris dari ketiga bagian Menara Eiffel padam secara bertahap. Namun, tak banyak orang yang menyaksikannya, karena pemberlakun jam malam di negara itu mulai pukul 19.00 untuk meredam pandemi Covid-19.
Menara raksasa itu ditutup untuk umum sejak 30 Oktober tahun lalu karena pandemi. Sedangkan, di Roma, sejumlah lampu padam di Colosseum yang berusia 2.000 tahun.
Pihak aparat kepolisian yang menegakkan pembatasan sosial terkait virus corona, memeriksa surat-surat sekelompok kecil warga yang menyaksikannya.
Usai di Eropa, Earth Hour bergerak ke benua Amerika dimana Gedung Empire State di New York, Obelisk di Buenos Aires dan Museum of Tomorrow di Rio termasuk bangunan terkenal yang memadamkan lampu.
Asia tidak mau ketinggalan, dengan mengawali peringatan dengan memadamkan lampu pada malam hari dari Singapura hingga Hong Kong, demikian pula Gedung Opera di Sydney.
Peringatan Earth Hour tahun ini, para penyelenggara mengatakan ingin menekankan hubungan antara kerusakan alam dan meningkatnya kemunculan penyakit-penyakit seperti Covid-19. Kondisi ini memicu penularan dari hewan-hewan ke manusia.
Menurut para pakar bahwa mereka percaya aktivitas manusia, seperti penebangan hutan terus meluas, perusakan habitat hewan-hewan, dan perubahan iklim makin mempercepat kondisi penularan tersebut.
“Mereka memperingatkan akan lebih banyak lagi pandemi di masa depan bila tidak mengambil tindakan. Apakah itu penurunan pada (hewan-hewan) penyerbuk, lebih sedikit ikan di lautan dan sungai-sungai, hilangnya hutan-hutan, atau kehilangan keanekaragaman hayati yang lebih luas, bukti-bukti makin banyak bahwa alam sedang terjun bebas,” kata Marco Lambertini, Direktur jenderal lembaga swadaya masyarakat (LSM), World Wide Fund for Nature (WWF), yang mengorganisasi Earth Hour.
Beginilah cara menjalani kehidupan dan perekonomian dunia, yaitu melindungi alam merupakan tanggung jawab moral, tapi kehilangan alam meningkatkan kerentanan kita terhadap pandemi.
“Kehilangan alam menyadarkan semua pihak karena mempercepat perubahan iklim yang mengancam ketahanan pangan manusia di bumi, ” pungkasnya.[mar]