GLOBAL

Tak Terima Kritik Erdogan, Presiden Macron Tarik Dubes Prancis

Indonesiaplus.id – Sabtu kemarin, merespons kritikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat Presiden Prancis, Macron menarik utusan duta besarnya di Turki.

Perseteruan bukan hanya dilatarbelakangi ucapan Macron atau Erdogan, meliankan sebagai respons terhadap berbagai masalah termasuk hak maritim di Mediterania timur, Libya, Suriah dan konflik terus meningkat antara Armenia dan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh.

Saat ini, Ankara diketahui masih geram dengan kampanye yang diperjuangkan Macron untuk melindungi nilai sekuler Prancis. Alih-alih dari menyudutkan Islam dan umatnya.

Dalam langkah sangat tidak biasa, seorang pejabat kepresidenan Prancis mengatakan, duta besar Prancis untuk Turki saat ini dipanggil kembali dari Ankara untuk berkonsultasi dan akan bertemu Macron demi membahas situasi setelah ungkapan Erdogan terkait Macron.

“Tidak dapat diterima komentar Presiden Erdogan. Kelebihan dan kekasaran bukanlah metode bagi kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal,” ucap pejabat Prancis seperi dikutip France24, Ahad (25/10/2020).

Pejabat Elysee juga meminta tidak disebutkan namanya tersebut, mengatakan Prancis mencatat, tidak ada satupun pesan belasungkawa dan dukungan dari presiden Turki usai pemenggalan kepala guru Samuel Paty dekat Paris. Pejabat itu menyatakan keprihatinan atas seruan oleh Ankara yang memboikot barang-barang Prancis.

Pada bulan ini, Macron memang menggambarkan Islam sebagai agama “dalam krisis” di seluruh dunia. Macron mengatakan pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada Desember mendatang untuk memperkuat undang-undang 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Keretakan baru antara kedua pemimpin itu terjadi di Nagorno-Karabakh – yaitu wilayah etnis mayoritas Armenia yang memisahkan dari Azerbaijan, yang telah mendeklarasikan kemerdekaan ketika Uni Soviet runtuh. Konflik itu sebenarnya telah memicu perang di awal 1990-an yang merenggut 30 ribu jiwa.

Turki sangat mendukung Azerbaijan dalam konflik tersebut. Pihaknya membantah tuduhan Macron bahwa Ankara telah mengirim ratusan pejuang milisi Suriah untuk membantu Azerbaijan.

Namun sebaliknya, Erdogan Sabtu kemarin menuduh Prancis bersama dengan Rusia dan Amerika Serikat menjadi ketua bersama Kelompok Minsk dan bertugas menyelesaikan konflik, malah berada di balik bencana dan pendudukan di Azerbaijan.

Dia mengulangi klaim sebelumnya bahwa Prancis, memihak pada komunitas Armenia yang kuat, dan mempersenjatai Yerevan.

“Jadi, apakah Anda pikir akan memulihkan perdamaian dengan senjata yang dikirim ke orang Armenia. Anda tidak akan pernah bisa karena Anda tidak jujur, ” pungkasnya.[fat]

Related Articles

Back to top button